Mainberita – Film Pengepungan di Bukit Duri sebenarnya sudah memiliki naskah sejak tahun 2008.
Kala itu, sutradara Joko Anwar menyerahkan skenario tersebut kepada produser Tia Hasibuan.
Namun, karena isi ceritanya mencerminkan keresahan mendalam terhadap kondisi sosial-politik di Indonesia, proyek ini belum dilanjutkan ke tahap produksi layar lebar saat itu.
Joko dan tim masih berharap bahwa situasi di Indonesia akan membaik, sehingga cerita yang mengangkat isu-isu sensitif itu tidak lagi relevan.
“Proyek ini sudah lama ingin kami garap. Saya serahkan naskahnya ke Tia sejak 2008, tapi kami semua waktu itu berharap Indonesia akan menjadi lebih baik, damai, dan tidak perlu membahas isu-isu berat ini lagi.
Tapi kenyataannya, sampai sekarang masalah seperti kekerasan, korupsi, diskriminasi, pendidikan yang tidak terarah, serta lunturnya etika masih terus ada,” ujar Joko Anwar.
Menurut Joko, akar dari berbagai persoalan bangsa terletak pada kegagalan sistem pendidikan di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam film ini, sekolah dijadikan sebagai latar utama untuk menggambarkan kondisi tersebut.
Ia pun berharap Pengepungan di Bukit Duri bisa menjadi pemicu diskusi yang lebih luas di masyarakat, agar semakin banyak orang menyadari bahwa berbagai persoalan serius di Indonesia bisa saja bermula dari sistem pendidikan yang tidak berjalan dengan baik. (*)