Mainberita – Di tengah gempuran impor gula dan perubahan iklim yang kian sulit diprediksi, Jawa Timur tetap berdiri kokoh sebagai lumbung gula nasional. Dari ladang-ladang Tulungagung hingga Kediri, batang tebu tumbuh subur, menjadi saksi kerja keras petani sekaligus denyut ekonomi masyarakat daerah.
Data Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur mencatat, luas areal tanaman tebu di Jatim mencapai lebih dari 200 ribu hektare. Angka itu menjadikan provinsi ini sebagai penghasil gula terbesar di Indonesia, dengan kontribusi sekitar 50 persen dari total produksi gula nasional. Daerah-daerah seperti Kediri, Blitar, Tulungagung, Madiun, dan Mojokerto menjadi sentra utama, di mana ribuan hektare lahan tebu digarap oleh petani rakyat maupun perusahaan besar.
Tak hanya menjadi komoditas unggulan, tebu juga menjadi penopang ekonomi daerah. Setiap musim giling tiba, ribuan tenaga kerja terserap, mulai dari pekerja tebang, sopir lori, hingga buruh pabrik gula. Aktivitas ekonomi desa pun menggeliat: warung makan, bengkel, hingga jasa transportasi ikut merasakan manisnya musim panen.
Namun, di balik geliat itu, tantangan besar masih menghadang. Harga pupuk yang melonjak, lahan pertanian yang makin sempit, dan kebijakan impor gula yang kerap menekan harga lokal menjadi persoalan klasik yang terus dihadapi petani. Meski demikian, semangat bertahan para petani tebu di Jatim belum luntur.
“Menanam tebu itu sudah jadi bagian hidup kami. Meski cuaca kadang tak menentu, kami tetap menanam, karena dari sinilah kami hidup,” tutur salah satu petani di wilayah Boyolangu, Tulungagung.
Pemerintah pusat bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur kini mendorong revitalisasi industri gula nasional, termasuk peningkatan produktivitas tebu rakyat dan modernisasi pabrik gula. Program ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor sekaligus menjaga harga gula tetap stabil di pasar dalam negeri.
Dengan kekayaan lahan dan tradisi panjang dalam budidaya tebu, Jawa Timur masih memegang peran penting sebagai penopang ketahanan pangan nasional. Setiap batang tebu yang tumbuh di tanah Jatim bukan sekadar bahan baku gula, tapi juga simbol keteguhan petani dan harapan manis bagi masa depan industri gula Indonesia.