Mainberita Opini – Inflasi kini bukan hanya persoalan angka di tabel statistik ekonomi. Ia telah menjadi cermin ketegangan global โ dari geopolitik yang belum reda hingga perubahan iklim yang mengguncang rantai pasokan dunia. Kenaikan harga energi, pangan, dan logistik internasional masih menjadi sumber utama tekanan inflasi di banyak negara, termasuk Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan bagaimana konflik di Timur Tengah dan Eropa Timur, serta ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok, menciptakan efek domino ke pasar global. Harga minyak mentah yang berfluktuasi tinggi membuat biaya transportasi dan produksi naik. Sementara perubahan iklim ekstrem menyebabkan gagal panen di beberapa wilayah produsen pangan dunia. Hasilnya, harga bahan pokok global meningkat dan menular ke pasar domestik.
Indonesia, sebagai negara dengan ketergantungan impor untuk beberapa komoditas penting seperti gandum, kedelai, dan BBM, ikut merasakan dampaknya. Pemerintah memang berupaya menahan laju inflasi melalui subsidi energi, operasi pasar, dan stabilisasi harga pangan. Namun langkah-langkah tersebut tak bisa bersifat jangka panjang โ karena beban fiskal yang besar dan ruang kebijakan moneter yang semakin sempit.
Bank Indonesia sejauh ini berhasil menjaga inflasi di kisaran target tahunan, namun tekanan eksternal tetap mengintai. Ketika negara-negara maju menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi, arus modal global cenderung bergerak keluar dari negara berkembang. Hal ini bisa memengaruhi nilai tukar rupiah dan pada akhirnya menambah tekanan harga di dalam negeri.
Dalam konteks ini, penguatan sektor produksi domestik menjadi kata kunci. Indonesia perlu memperkuat rantai pasok nasional agar tak mudah terguncang oleh gejolak global. Ketahanan pangan, diversifikasi energi, dan kemandirian industri menjadi fondasi yang harus segera diperkuat.
Inflasi tidak akan benar-benar hilang. Ia bagian dari dinamika ekonomi yang selalu ada. Namun yang membedakan suatu negara dengan yang lain adalah kemampuan beradaptasi dan kecepatan merespons perubahan. Ketika kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil berjalan seirama, inflasi bisa dikelola tanpa mengorbankan daya beli rakyat.
Kini, tantangannya bukan sekadar menahan kenaikan harga, tetapi menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kestabilan. Dunia tengah memasuki era ekonomi yang penuh ketidakpastian, dan Indonesia berada di tengah pusaran itu. Pertanyaannya, apakah kita siap membangun ekonomi yang tak hanya tumbuh, tetapi juga tahan terhadap guncangan global?