Mainberita – Berdasarkan data klimatologi dan pola musim di Indonesia, musim hujan (wet season) secara umum berlangsung dari Oktober hingga April, sedangkan musim kemarau dominan dari Mei hingga September (tergantung daerah).
Dengan demikian, Oktober sering dianggap sebagai bulan transisi dari musim kemarau ke musim hujan — artinya hujan mulai meningkat, tetapi tidak selalu konsisten setiap hari.
Dalam grafik curah hujan nasional, curah hujan rata-rata cenderung meningkat mulai bulan Oktober hingga Januari (bulan puncak musim hujan) untuk banyak wilayah.
Untuk Jawa Timur, BMKG melalui Staklim memprediksi bahwa curah hujan Oktober 2025 bisa sangat bervariasi, dari 30 mm hingga 908 mm tergantung lokasi dan kondisi atmosfer lokal.
Prospek cuaca untuk periode 30 September–6 Oktober memperingatkan bahwa aktivitas Gelombang Ekuator sedang terpantau aktif, sehingga potensi cuaca ekstrem (hujan lebat, petir, angin kencang) harus diwaspadai.
Sebagai contoh kota Kediri (Propinsi Jawa Timur), pada 1 Oktober 2025 diprediksi cuaca dengan hujan ringan dan suhu berkisar 23–32 °C.
Beberapa fenomena meteorologi yang dapat memperpanjang atau memperkuat hujan di bulan Oktober antara lain:
- Fenomena gelombang atmosfer (seperti MJO, Kelvin wave, Rossby wave) yang mendukung pembentukan awan hujan dan konveksi.
- Anomali suhu permukaan laut (sea surface temperature, SST) yang bisa meningkatkan pelepasan uap air ke atmosfer.
- Indeks IOD (Indian Ocean Dipole) atau fenomena iklim lainnya di Samudra Hindia bisa memengaruhi pasokan uap air dan pola hujan di Indonesia.
- Siklus global seperti La Niña dapat memperkuat curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.
Jika kombinasi faktor-faktor tersebut mendukung, curah hujan di Oktober bisa melebihi normal.
- Hujan akan semakin sering dibandingkan bulan sebelumnya (Agustus–September).
- Hujan kemungkinan bersifat lokal dan episodik — bisa lebat dalam waktu singkat, terutama di siang hingga sore hari.
- Bagian awal Oktober mungkin masih relatif “cuping” hujan, tetapi menjelang pertengahan hingga akhir bulan, intensitas dan frekuensi curah hujan cenderung meningkat.
- Beberapa daerah mungkin sudah mulai merasakan dampak “musim hujan penuh”, terutama wilayah yang cenderung lebih basah atau berada di lereng pegunungan / pantai.
- Risiko kejadian cuaca ekstrem (banjir lokal, genangan, petir, angin kencang) lebih perlu diwaspadai dibanding waktu kemarau.
Berdasarkan pola iklim umum, data prediksi lokal, dan pengamatan atmosferik, sangat mungkin musim hujan yang mulai terasa sejak Agustus–September akan berlanjut ke Oktober 2025, bahkan meningkat intensitasnya.
Namun, transisi ini tidak berarti hujan terus menerus sepanjang hari — masih ada jeda, dan karakter hujannya cenderung sporadis dan episodik.
Rekomendasi bagi pembaca:
- Persiapkan antisipasi cuaca: payung, jas hujan, serta perlindungan barang elektronik.
- Jika merencanakan aktivitas luar ruang, utamakan waktu pagi atau sebelum sore, dan pantau prakiraan harian.
- Waspadai potensi genangan atau banjir di daerah rawan tinggi curah hujan.
- Perhatikan pembaruan prakiraan cuaca dari BMKG atau lembaga lokal secara rutin.