Awal Mula Tradisi Sungkem di Hari Raya Idul Fitri

0
4

Mainberita – Sungkem merupakan salah satu tradisi yang lekat dengan perayaan Idul Fitri di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Jawa.

Momen ini menjadi saat yang penuh makna, di mana seseorang dengan penuh kerendahan hati meminta maaf kepada orang tua, kakek-nenek, dan para sesepuh keluarga. Namun, bagaimana awal mula tradisi sungkem ini muncul?

Asal Usul Tradisi Sungkem

Secara etimologi, kata “sungkem” berasal dari bahasa Jawa yang berarti bersimpuh atau duduk dengan kepala menunduk sebagai tanda hormat.

Tradisi ini memiliki akar yang kuat dalam budaya Jawa, di mana penghormatan kepada orang yang lebih tua sangat dijunjung tinggi.

Dalam sejarahnya, tradisi sungkem tidak hanya dilakukan saat Idul Fitri tetapi juga dalam berbagai upacara adat, seperti pernikahan atau acara penting lainnya. Namun, dalam konteks Lebaran, sungkem memiliki makna yang lebih mendalam karena berkaitan dengan permohonan maaf setelah sebulan menjalani ibadah puasa.

Baca Juga  Judul: 14 Februari: Peringatan Hari Cinta Tanah Air, Momentum Menumbuhkan Patriotisme di Tengah Generasi Muda

Pengaruh Nilai Islam dalam Tradisi Sungkem

Meskipun berasal dari budaya Jawa, tradisi sungkem selaras dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua dan menjaga silaturahmi. Dalam Al-Qur’an, perintah untuk menghormati dan berbuat baik kepada orang tua disebutkan dalam banyak ayat, seperti dalam Surat Al-Isra ayat 23 yang berbunyi:

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”

Oleh karena itu, tradisi sungkem tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga bentuk nyata dari pengamalan ajaran Islam tentang menghormati orang tua dan meminta maaf atas segala kesalahan.

Sungkem sebagai Tradisi yang Terus Dilestarikan

Hingga saat ini, sungkem masih menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri, khususnya di keluarga yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisional.

Baca Juga  Fenomena Daun dan Tumbuhan Tak Bergerak di Pagi Hari Idul Fitri, Apa Penyebabnya?

Biasanya, anak-anak akan bersimpuh di hadapan orang tua, mencium tangan mereka, dan mengucapkan permohonan maaf dengan penuh keikhlasan.

Di era modern, meskipun ada perubahan dalam cara bersilaturahmi, seperti melalui video call bagi mereka yang berjauhan, makna sungkem tetap tidak berubah.

Esensinya adalah bentuk penghormatan, kasih sayang, dan permohonan maaf yang tulus kepada orang tua serta anggota keluarga yang lebih tua.

 

Tradisi sungkem pada Hari Raya Idul Fitri bukan sekadar kebiasaan turun-temurun, tetapi memiliki akar dalam budaya dan ajaran Islam.

Lebih dari sekadar gestur fisik, sungkem mengajarkan nilai-nilai luhur seperti rasa hormat, kerendahan hati, dan pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga.

Baca Juga  Peringatan Hari Puisi Nasional 2025: Merayakan Kekuatan Kata dan Semangat Chairil Anwar

Oleh karena itu, tradisi ini patut dijaga dan diwariskan kepada generasi selanjutnya agar makna Lebaran tetap terasa hangat dan penuh berkah. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here