Oleh: Yan Christanto
Mainberita – Bayangkan pagi di sebuah kota kecil : jalanan ramai oleh pelari, para pesepeda berbaris rapi, penonton bersorak di pinggir jalan, dan para pedagang tersenyum karena dagangannya laris. Sebuah event olahraga sedang berlangsung, namun lebih dari sekadar lomba adu cepat, ini adalah denyut baru ekonomi lokal. Inilah wajah sport tourism, bentuk pariwisata modern yang menyatukan semangat olahraga dengan gairah berwisata.
Kini, berbagai daerah di Indonesia mulai sadar bahwa olahraga tak hanya tentang keringat dan medali. Ia bisa menjadi magnet wisata yang luar biasa. Dari event marathon, fun run, hingga gowes, setiap kegiatan membawa efek domino ekonomi. Hotel penuh, warung ramai, pengrajin lokal kebanjiran pesanan, hingga ojek wisata ikut sibuk mengantar peserta menjelajah tempat-tempat menarik.
Fenomena ini bukan kebetulan, tapi bagian dari tren global. Sport tourism tumbuh pesat karena wisatawan modern tak lagi puas sekadar berfoto, mereka ingin experience, pengalaman otentik yang bisa diceritakan kembali. Dan olahraga memberi ruang itu: pengalaman berkeringat di alam terbuka, berinteraksi dengan warga lokal, hingga menikmati keindahan daerah lewat langkah kaki atau kayuhan sepeda.
Dari sudut pandang ekonomi daerah, manfaatnya sangat terasa. Sekali event digelar, uang berputar cepat di sektor-sektor mikro. Pedagang makanan, penyewa homestay, hotel, hingga UMKM yang menjual produk khas ikut mencicipi hasilnya. Belum lagi promosi tak langsung yang tercipta dari ribuan unggahan media sosial para peserta. Nama daerah ikut tersiar tanpa perlu biaya promosi besar karena publiklah yang dengan sukarela menyebarkannya.
Namun di balik itu, pertanyaannya menarik : siapa yang sebenarnya diuntungkan? Jawabannya adalah semua pihak yang mau terlibat dengan bijak. Pemerintah daerah mendapat peningkatan PAD dan citra positif. Pelaku UMKM menikmati kenaikan omzet. Komunitas olahraga mendapat ruang berekspresi. Dan masyarakat luas merasakan efek ekonomi nyata.
Inilah simbiosis ideal antara olahraga dan pariwisata, kolaborasi yang tidak hanya menyehatkan tubuh, tapi juga menyehatkan ekonomi. Yang dibutuhkan kini hanyalah keberanian daerah untuk menjadikan sport tourism sebagai agenda rutin, bukan sekadar momentum tahunan. Karena ketika event olahraga terselenggara secara konsisten, dampaknya bukan lagi sesaat, melainkan berkelanjutan. Infrastruktur tumbuh, jejaring terbentuk, dan kebanggaan daerah semakin kuat.
Mungkin sudah saatnya kita tidak lagi melihat event olahraga sekadar sebagai kegiatan seremonial, tetapi sebagai investasi strategis bagi pariwisata daerah. Sebab, di setiap langkah pelari, kayuhan sepeda, dan sorak penonton ada denyut ekonomi yang tumbuh, ada promosi yang hidup, dan ada semangat daerah yang bangkit.

