Mantan PMI Tulungagung Beralih Ternak Perkutut, Hobi yang Mendatangkan Rezeki

0
6
TEKUN: Imron Mahmudi merawat burung Perkutut.

Mainberita – Bagi Imron Mahmudi, warga Desa Kepuh, Kecamatan Boyolangu Tulungagung, burung perkutut bukan hanya sekedar hiburan tetapi bisa jadi sumber kehidupan.

Dulunya Imron Mahmudi adalah seorang pekerja migran Indonesia (PMI) di Korea Selatan.

Uang hasil perantauan, sebagian diinvestasikan untuk berternak burung perkutut. Jenis yang dipilih adalah perkutut bangkok.

“Sebenarnya burung perkutut bangkok dan lokal tidak jauh beda. Hanya ukuran dan suaranya saja yang berbeda,” jelas Mahmud, sapaan akrab pria tersebut.

Dia bercerita dulu ada keresahan dalam dirinya saat menjadi PMI di Korea Selatan.

Yaitu apa yang dilakukan setelah pulang ke tanah kelahiran.Karena tidak mungkin akan selamanya bekerja di tanah rantauan.

“Saya melihat banyak teman yang bingung bekerja apa setelah pulang dari luar negeri. Itu yang membuat saya resah,” katanya.

Baca Juga  Friday Running Community Rayakan Hari Pendidikan Nasional dengan Nuansa Sekolah: Lari Seru Penuh Nostalgia dan Kegembiraan

Dari keresahan itu membuatnya berfikir. Lalu terbersit untuk membuat peternakan burung perkutut.

Apalagi Mahmud juga memiliki hobi dengan burung bernama latin Geopelia Striata itu.

“Saya sejak sebelum berangkat Korea Selatan sudah senang dengan perkutut, kalau masalah perawatan sih insyaallah tidak perlu belajar,” ungkap Mahmud.

Dia mengaku sudah mulai merancang usaha ternak perkutut saat masih di Korea Selatan.

Mulai dari membuat kandang, membeli bibit unggul dan perintilan lainnya.

Sehingga setelah pulang ke Indonesia, usahanya sudah siap dijalankan.

“Saya membangun kandang ini saat masih di Korea Selatan. Membeli beberapa bibit unggul saat masih disana dan saya titipkan ke teman,” akunya.

Usaha perkutut yang dimulai sejak tahun 2019 itu sampai kini masih berjalan.

Baca Juga  Tulungagung _ Taiwan: Janji Tak Akan Mengingkari (Bab 2)

Ada ratusan burung Perkutut Bangkok di kandang yang berada di belakang rumahnya.

Dia menjelaskan bahwa sepasang Perkutut Bangkok bisa bertelur 2-3 kali dalam setahun. Satu kali bertelur biasanya menghasilkan dua anakan.

Tetapi, lanjut dia, tidak semua anakan burung perkutut bisa memiliki kualitas yang bagus. Meski indukannya berkualitas bagus.

“Presentasinya mungkin hanya 20-30 persen anakan yang berkualitas dari seluruh anakan di kandang,” katanya.

Dengan itu, maka anakan perkutut bangkok memiliki harga yang berbeda-beda.

Jika kualitasnya bagus, harganya bisa mencapai Rp 500 ribu bahkan jutaan rupiah.

Dan untuk burung yang kurang berkualitas, dibanderol 20 sampai 50 ribu saja. Biasanya diambil oleh tengkulak dan dijual di pasar burung.

“Kalau yang kualitasnya bagus biasanya saya kirim ke luar kota, ada juga penghobi dari dalam Tulungagung yang datang untuk membeli,” bebernya.

Baca Juga  Pemuda Mengamuk di Tulungagung Viral, Bikin Panik Warga dan Hancurkan Barbershop

Usaha burung perkutut bangkok ini bukan tanpa tantangan.

Mahmud membeberkan bahwa kondisi pasar sangat susah ditebak. Kadang permintaan banyak, kadang juga sepi.

“Karena burung perkutut kan untuk memenuhi hobi masyarakat. Kalau lagi booming, permintaan banyak dan harganya juga bagus,” katanya.

“Tetapi kalau lagi tidak booming, permintaan sedikit dan harganya pun seret,” sambung dia.

Permintaan terbanyak burung perkututnya malah terjadi saat pandemi Covid-19 yang lalu.

Itu terjadi karena penghobi butung perkutut bertambah dan burung itu sempat booming di masyarakat.

“Kalau sekarang cenderung landai. Kalau permintaan yang paling banyak ya saat Covid lalu,” tutupnya. ***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here