Mainberita – Serial Squid Game Season 3 kembali mengguncang jagat hiburan global dengan ending yang mengejutkan dan emosional. Salah satu tokoh utama, Player 456 yang diperankan oleh aktor kawakan Lee Jung-jae, diceritakan mati dalam upaya menyelamatkan bayi dari Player 222, seorang karakter perempuan yang sedang hamil saat mengikuti permainan mematikan tersebut.
Akhir tragis ini sontak memicu perdebatan panas di media sosial. Banyak yang mengapresiasi keberanian cerita, tetapi tak sedikit pula yang kecewa karena karakter utama harus berakhir dengan tragis. Berikut ulasannya:
Di episode terakhir, Player 456 yang selama ini menjadi simbol harapan, keadilan, dan perlawanan terhadap sistem permainan brutal, membuat keputusan besar: mengorbankan dirinya demi menyelamatkan nyawa bayi yang tak berdosa. Bayi tersebut adalah anak dari Player 222, seorang kontestan wanita yang tetap mengikuti permainan meski sedang hamil karena tekanan ekonomi.
Dalam adegan klimaks, saat permainan “Final Masked Round” berlangsung, Player 222 terpojok dan tak mampu melindungi dirinya maupun bayinya. Player 456 melompat menghadang serangan fatal dan akhirnya meregang nyawa. Adegan tersebut ditutup dengan shot panjang, wajah tenang Player 456 yang tergeletak di lantai arena, diiringi tangisan bayi yang baru lahir.
Banyak penonton memuji keputusan sutradara dan penulis naskah karena menyajikan ending yang emosional, berani, dan menggugah hati. Beberapa poin yang jadi sorotan pendukung ending ini:
- Simbol pengorbanan: Player 456 meninggal sebagai pahlawan, bukan karena permainan, tetapi karena pilihan moral.
- Kritik sosial yang dalam: Bayi sebagai simbol harapan masa depan, dan keputusannya menjadi bentuk perlawanan terhadap sistem yang menindas orang miskin.
- Akting Lee Jung-jae: Penampilannya di episode terakhir dianggap sebagai salah satu yang paling kuat sepanjang seri.
“Gila, merinding banget. Saya sampai nangis. Squid Game bukan sekadar survival game, ini kritik kehidupan!” – @watchwithme.id (Twitter/X)
Namun tak sedikit pula yang kecewa berat dengan akhir cerita ini. Banyak penonton merasa kematian Player 456 adalah keputusan yang berlebihan dan tidak memuaskan. Kritik paling sering muncul di antaranya:
- Menghancurkan harapan fans: Banyak yang berharap Player 456 bisa bertahan hingga akhir atau bahkan menghancurkan sistem dari dalam.
- Terlalu drama: Ada yang menganggap pengorbanan demi bayi terlalu “sinetron” dan kurang logis dalam konteks permainan.
- Menutup karakter kuat: Kematian Player 456 dianggap membunuh potensi cerita lanjutan yang lebih menarik.
“Setelah 3 season ngikutin perjuangannya, Player 456 malah mati? Ngapain nonton dari awal kalau akhirnya begitu?” – @dramasurvivor (TikTok)
Tak butuh waktu lama, tagar seperti #SquidGame3Finale, #RIPPlayer456, dan #JusticeForGiHun langsung jadi trending di Twitter/X, TikTok, dan Instagram setelah episode terakhir tayang. Di TikTok, video reaksi dan review ending sudah ditonton jutaan kali hanya dalam 24 jam.
Beberapa komentar viral:
- “Kematian paling mulia sekaligus paling menyakitkan. Keren banget penulisnya!”
- “Squid Game officially broke my heart 💔.”
- “Kalau tahu ending-nya gini, mending nonton ulang season 1 aja. Biar Player 456 tetap hidup di hati.”
Ending Squid Game Season 3 jelas bukan pilihan aman. Kematian Player 456 memang menimbulkan pro kontra, tapi justru itulah yang membuat serial ini kembali diperbincangkan hangat. Apakah ini penutup akhir dari kisah Gi-hun, atau justru awal dari cerita baru tentang perjuangan generasi selanjutnya?
Yang jelas, Squid Game sekali lagi membuktikan bahwa ia bukan hanya tontonan, tetapi fenomena budaya yang mengguncang emosi dan kesadaran sosial.