
Mainberita – Perguruan silat adalah salah satu warisan budaya bangsa yang hingga kini masih bertahan di berbagai daerah, termasuk Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang memiliki jutaan anggota di seluruh Indonesia.
Namun, tak jarang masyarakat justru bertanya-tanya: Apa sebenarnya manfaat perguruan silat seperti PSHT bagi lingkungan sekitar?
Pertanyaan ini muncul karena berbagai insiden konvoi atau perayaan yang kerap berujung kericuhan. Tak sedikit masyarakat resah karena perilaku segelintir oknum yang bertindak anarkis hingga menimbulkan kerugian, baik materil maupun korban luka.
Secara mendasar, PSHT—seperti halnya perguruan silat lainnya—dibentuk dengan tujuan mulia. Beberapa fungsi utamanya antara lain:
1️⃣ Melestarikan Seni dan Budaya Pencak Silat
Pencak silat diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. PSHT menjadi salah satu wadah agar ilmu beladiri tradisional ini tetap diwariskan lintas generasi.
2️⃣ Membangun Karakter dan Moral
Latihan silat tidak hanya soal fisik, tetapi juga membentuk disiplin, rasa hormat, tanggung jawab, dan kepribadian yang tangguh. Dalam ajarannya, PSHT menanamkan nilai persaudaraan sejati, hormat pada orang tua, dan tidak arogan.
3️⃣ Sarana Bela Diri dan Ketahanan Diri
Anggota PSHT dibekali kemampuan melindungi diri dari kejahatan. Ini bisa bermanfaat bagi individu maupun lingkungan sekitar, misalnya membantu keamanan kampung atau ronda malam.
4️⃣ Menjadi Jembatan Sosial
Perguruan silat sering menjadi ruang berkumpul pemuda, ajang gotong royong, dan forum sosial. Banyak cabang PSHT aktif dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti, donor darah, bakti lingkungan, hingga pengamanan acara desa.
Sayangnya, tujuan mulia tersebut seringkali tercoreng oleh perilaku sebagian anggota yang tidak memegang teguh ajaran perguruan. Biasanya terjadi saat perayaan wisuda warga baru, konvoi, atau acara pertemuan besar yang tidak terkendali.
Kurangnya kontrol, emosi yang meledak-ledak, pengaruh alkohol, hingga dendam lama antarkelompok menjadi pemicu bentrok. Hal inilah yang membuat nama perguruan silat, termasuk PSHT, kerap dipandang negatif oleh masyarakat.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa peran pembina, pengurus cabang, hingga senior sangat penting untuk mengendalikan anggota. PSHT yang sejati selalu menekankan “Mulia dalam persaudaraan, tangguh dalam pengendalian diri.”
Selain itu, sinergi dengan aparat keamanan dan pemerintah desa juga wajib diperkuat. Pengurus perlu mendampingi setiap kegiatan, membatasi konvoi ugal-ugalan, dan menindak tegas anggota yang mencoreng nama perguruan.
Di atas kertas, perguruan silat seperti PSHT punya banyak fungsi sosial dan budaya. Namun realitanya, manfaat ini hanya terasa bila seluruh anggotanya benar-benar menjunjung tinggi ajaran dasar: persaudaraan, keadaban, dan pengendalian diri.
Sebaliknya, bila ajaran ini diabaikan, maka yang muncul hanyalah kerugian bagi masyarakat. Karena itu, wajar jika publik menuntut perguruan silat lebih bertanggung jawab agar keberadaannya betul-betul bermanfaat, bukan malah menebar ketakutan.