Bab 1: Kenangan di Bawah Langit Tulungagung
Desa ini selalu damai ketika matahari mulai turun ke ufuk barat. Sawah-sawah yang menghijau berayun pelan diterpa angin sore.
Di salah satu sudut desa, seorang pemuda duduk di depan sebuah toko serba ada yang sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil.
Angga, nama pemuda itu, menatap langit dengan pandangan kosong, pikirannya melayang pada sosok yang selalu mengisi hari-harinya: Gina.
“Besok aku harus ikut pelatihan terakhir sebelum keberangkatan,” kata Gina, duduk di sampingnya. Suaranya tenang, tapi ada kegelisahan di matanya.
Angga menghela napas, mencoba menelan kenyataan. “Apa nggak ada cara lain? Kita bisa cari kerja di sini, bareng-bareng,” katanya lirih.
Gina tersenyum tipis. “Kamu tahu sendiri, Ga. Dengan hasil sawah Bapak yang makin nggak menentu, aku nggak bisa diam aja. Aku harus bantu keluarga kita juga nanti.”
Mereka terdiam. Dulu, mereka hanya dua remaja yang saling jatuh cinta di bangku SMA, bercita-cita sederhana: menikah, punya rumah kecil, dan membangun keluarga bahagia.
Tapi kenyataan tak seindah angan-angan. Tulungagung bukan tempat yang mudah untuk menggapai mimpi besar, dan Gina memilih jalan yang lebih jauh untuk mengubah hidup mereka. (Bersambung)